BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kromatografi
pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswest (1906) seorang butani ahli
botani dari Rusia. Dalam percobaannya ia berhasil memisahkan klorofil dan
pigmen-pigmen wana lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk
kalsium karbonat yang diisikan ke dalam kolom kaca dan petroleum eter sebagai
pelarut. Proses pemisahan itu diawali dengan larutan cuplikan pada permukaan
atas kalsium karbonat, kemudian dialirkan pelarut petroleum eter hasilnya
berupa pta-pita berwarna yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan
komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan. Dari pita-pita berwarna tersebut
muncullah istilah kromatografi yang berasal dari kata “chroma” dan “graphein”.
Dalam bahasa Yunani kedua kata tersebut berarti “warna” dan “menulis”. Dalam
perkembangan selanjutnya timbulnya warna bukan lagi prasyarat mutlak untuk
metode pemisahan secara kromatografi.
Pengertian
kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan atas distribusi
diferensial komponen sampel diantara dua fasa. Menurut pengertian ini
kromatografi selalu melibatkan dua fasa, yaitu
fasa diam (stationary phase) dan fasa gerak (mobil phase). Fasa diam
dapat berupa padatan atau cairan yang terikat pada permukaan padatan (kertas
atau suatu adsorben), sedangkan fase gerak dapat berupa cairan disebut eluen
atau pelarut, atau gas pembawa yang inert. Gerakan fase gerak ini mengakibatkan
terjadinya migrasi diferensial komponen-komponen dalam sampel.
Dalam
proses kromatografi selalu terdapat salah satu kecendrungan sebagai berikut;
a. Kecenderungan
molekul-molekul komponen untuk melarut dalam air.
b. Kecenderungan
molekul-molekul dalam air untuk melekat pada permukaan padatan halus (adsorpsi
= penyerapan).
c. Kecenderungan
molekul-molekul komponen untuk bereaksi secara kimia (penukar ion).
d. Kecenderungan
molekul-molekul tereksklusi pada pori-pori fasa diam.
Komponen
yang dipisahkan harus larut dalam fasa gerak dan harus mempnyai kemampuan untuk
berinteraksi dengan fasa diam dengan cara melarut di dalamnya, teradsorpsi,
atau bereaksi secara kimia (penukar ion). Pemisahan terjadi berdasarkan
perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun suatu sampel. Hasil pemisahan dapat
digunakan untuk keperluan identifikasi (analisa kualitatif), penetapan kadar
(analisis kuantitatif), dan pemurnian suatu senyawa (pekerjaan preparatif).
Dalam
beberapa hal metode pemisahan kromatografi mempunyai kemiringan dengan metode
pemisahan ekstraksi arah berlawanan dari Craig. Kedua metode tersebut sama-sama
menggunakan dua fasa, dimana fasa satu bergerak terhadap fasa lainnya. Kesetimbangan
zat terlarut selalu terjadi diantara kedua fasa. Pada metode Craig salah satu
fasa bergerak terhadap fasa lainnya secara bertahap, sedangkan pada
kromatografi bergerak secara terus-menerus. Peralatan metode pemisahan Craig
lebih rumit daripada peralatan kromatografi.
Keuntungan
pemisahan dengan metode kromatografi dibandingkan dengan metode pemisahan
lainnya ialah:
a. Dapat
digunakan untuk sampel atau konstituen yang sangat kecil (semimikro dan mikro).
b. Cukup
selektif terutama untuk senyawa-senyawa organik multi komponen.
c. Proses
pemisahan dapat dilakukan dalam waktu yang relaktif singkat.
d. Seringkali
murah dan sederhana, karena umumnya tidak memerlukan alat yang mahal dan rumit.
Metode
pemisahan secara kromatografi terus berkembang dengan peralatan yang lebih
modern, dengan hasil pemisahan yang lebih selektif, akurat dan dapat digunakan
untuk sampel dengan jumlah yang sangat kecil. Contohnya adalah alat
kromatografi gas dan HPLC (High Performance Liquid Chromatography =
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi).
1.2. Rumusan
Masalah
·
Apakah yang dimaksud dengan Kromatigrafi
Lapis Tipis?
·
Bagaimana prinsip kerja dari
Kromatografi Lapis Tipis?
·
Bagaimana cara menggunakan Kromatografi
Lapis Tipis?
·
Apakah yang dimaksud dengan Kromatigrafi
Kolom?
·
Bagaimana prinsip kerja dari
Kromatografi Kolom?
·
Bagaimana cara menggunakan Kromatografi
Kolom?
1.3. Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah:
·
Untuk mengetahui prinsip kerja dari
kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom.
·
Untuk mengetahui cara menggunakan
kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom.
BAB II
ISI
2.1. Pengertian
Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi
lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan banyak digunakan.
Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi
penyerap untuk lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa
dan polianida. Untuk menotolkan larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada
dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari
lempeng dicelup dalam larutan pengulsi di dalam wadah yang tertutup.
Pada
dasarnya kromatografi lapis tipis (KLT atau TLC = Thin Layer Chroma-tography)
sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pada cara melakukannya.
Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahnya, yakni digunakannya lapisan
tipis adsorben halus yang tersangga pada papan kaca, aluminium atau plastik sebagai
pengganti kertas. Lapisan tipis adsorben ini pada proses pemisahan berlaku
sebagai fasa diam.
A. Fasa
Diam KLT
Fasa diam KLT terbuat dari serbuk halus
dengan ukuran 5-50 µm. Serbuk halus ini dapat berupa adsorben, suatu penukar
ion, suatu pengayak molekul atau dapat merupakan penyangga yang dilapisi suatu
cairan. Untuk membuat lapisan tipis perlu dibuat bubur (slurry) berair dari
serbuk halus tadi. Zat pengikat seperti gips, barium sulfat, polifinil alkohol
atau kanji perlu ditambahkan untuk membantu pelekatan lapisan tipis tadi pada
papan penyangga. Bubur halus ini kemudian ditebarkan pada papan penyangga
(kaca, plastik atau aluminium) secara merata, sehingga diperoleh tebal lapisan
0,1-0,3 mm. Lapisan tipis adsorben ini diaktifkan dengan cara pengeringan di
dalam oven pada suhu 110ºC selama berapa jam.
Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat
digunakan silika gel, alumina dan serbuk selulosa. Partikel silika gel
mengandung gugus hidroksil di permukaannya yang akan membentuk ikatan hidrogen
dengan molekul-molekul polar. Air yang terserap dalam gel mencegah
molekul-molekul polar dari pencapaian permukaan. Untuk mengatasinya gel
diaktifkan dengan pemanasan ssehingga air yang terserap dapat dikeluarkan.
Alumina juga mengandung gugus hidroksil atau atom-atom oksigen. Alumina lebih
disukai untuk memisahkan senyawa-senyawa polar lemah, sedangkan silika gel
lebih disukai untuk memisahkan molekul-molekul seperti asam-asam amino dan
gula. Magnesium silikat, kalsium silikat, dan arang aktif mungkun juga dapat
digunakan sebagai adsorben. Adsorben kadang-kadang tidak perlu diaktifkan
dengan cara pemanasan, dalam kejadian dimana air yang terserap berlaku sebagai
fasa diam.
Fasa diam film lapisan tipis cairan
dapat dibuat untuk pemisahan dengan kromatografi pastisi cair-cair. Film
umumnya air yang tersangga pada bahan-bahan seperti silika gel atau tanah
diatone. Resin penukar ion tersedia dalam bentuk partikel-partikel dengan
ukuran 40-80 µm, cocok untuk pembuatan plat lapisan tipis. Sebagai contoh
berturut-turut dapat disebut resin penukar ion asam kuat Dowex 50 Wdan resin
penukar anion basa kuat Dowex1. Biasanya dalam bentuk natrium, hidrogen atau
kloridanya. Bubur berair dengan komposisi 6 bagian resin dan 1 bagian serbuk
selulosa cocok untuk penebaran ke dalam lapisan setebal 0,2-0,3 mm.
Lapisan tipis eksklusi molekul dapat
dibuat dari sephadex superfine. Gel dicelupkan ke dalam air selama kira-kira
tiga hari untuk mendapatkan pengembangan sempurna dan kemudiandibeberkan pada
plat atau papan penyangga. Papan penyangga tidak dkeringkan tetapi tersimpan
dalam keadaan basah. Efek kerja kapiler pangayak molekul lebih lambat daripada
kebanyakan lapisan tipis lainnya. Lamanya, khas hanya 1 sampai 2 cm per jam,
dan pengembangannya memakan waktu 8-10 jam, dibandingkan dengan fasa diam
lainnya yang kira-kira 30 menit.
B. Fasa
Mobil KLT
Perimbangan untuk pemilihan pelarut
pengembang (eluen) umumnya sama dengan pemilihan eluen untuk kromatografi
kolom. Dalam kromatografi adsorpsi, daya pengelusi eluen naik sejalan dengan
polaritasnya (misal dari heksana → aseton → alkohol → air). Eluen pengembang
dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut dengan susunan tertentu.
Pelarut-pelarut pengembang harus mempunyai kemurnian yang tinggi. Terdapatnya
sejumlah kecil air atau zat pengotor lainnya dapat menghasilkan kromatogram
yang tidak diharapkan.
C. Pengembangan
Kromatogram
Teknik
pengembangan dalam KTL sama dengan kromatografi kertas. Proses pengembangan
umumnya lebih cepat, memerlukan waktu 10 menit hingga 1 jam lebih. Pengembangan
5 menit dapat dilakukan secara sempurna dengan menggunakan kaca objek mikroskop
sebagai papan KLT. Pemisahan pendahuluan dengan cara ini enak digunakan untuk
menentukan kondisi optimum pengembangan cara ini untuk mengurangi terjadinya
ekoran dengan hasil pemisahan yang lebih tajam. Penggunaannya terutama untuk
ukuran sampel dengan rentangan 10-100 µg. Noda atau bercak sampel akan
mempunyai diameter 2-5 mm, jika digunakan larutan sampel 1-10 µL dengan kadar
1%.
D. Deteksi
Noda
Deteksi noda KLT terkadang lebih mudah
dibandingkan dengan kromatografi kertas karena dapat digunakan teknik-teknik
umum yang lebih banyak. Kerap kali, noda tidak berwarna atau tidak berpendar
jika dikenai sinar ultraviolet dapat ditampakkan dengan cara mendedahkan papan
pengembang pada uap iod. Uap iod akan berinteraksi dengan komponen-komponen
sampel baik secara kimia atau berdasarkan kelarutan membentuk warna-warna
tertentu. Pada saat ini tersedia di pasaran berbagai lapisan tipis yang sudah
terpasang pada papan penyangga sehingga siap pakai. Untuk memudahkan pendeteksi
noda tersedia lapisan adsorben KLT yang dimasuki zat warna pendarfluor. Jika
diperlakukan dengan sinar ultraviolet akan nampak noda-noda gelap, dimana
sampel noda mengalami perpendaran pada papan penyangga terfluorisensi.
Suatu teknik pendeteksian yang biasa
dilakukan untuk senyawa-senyawa organik adalah dengan penyemperotan larutan H2SO4.
Langkah ini kemudiandiikuti dengan pemanasan untuk mengarangkan dan
mengembangkan noda-noda hitam. Untuk keperluan analisa kuantitatif noda dapat
dikerok, kemudian diekstrak dengan pelarut polar tertentu. Kadar analit yang
diinginkan diperiksa secara instrumental dari larutan hasil ekstraksi.
2.2. Prinsip
Kerja Kromatografi Lapis Tipis
1. KLT menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina
yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.
2. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam.
3. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut
yang sesuai.
4. Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna yang
merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna.
2.3. Cara Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
Pada cara penggunaan KLT hampir sama dengan penggunaan
Kromatografi kertas, hanya saja pada KLT fase diamnya menggunakan plat gelas/
logam/ Aluminium foil sedangkan pada kromatografi kertas menggunakan kertas
saring.
Aplikasi
contoh. Larutan yang akan diaplikasikan hendaknya berisi
antara 0,1 dan 10 mg kation per cm3 dan dapat bersifat netral dan
asam encer, sekitar 1 µL larutan ditotolkan dengan sebuah spuitmikro (micro syringe) atau mikropipet di dekat
salah satu ujung lempeng kromatografi (chromatplate)
(sekitar 1,5-2,0 cm dari pinggir lempeng) dan kemudian dibiarkan kering di
udara. Penyetimbangan lempeng kromatografi itu tidakperlu dan pengembangan
lempeng itu dapat segera dimulai setelah dikeringkan.
Pengembangan
lempeng. Biasanya kromatografi itu dikembangkan dengan teknik
menaik dalam mana lempengdicelupkan ke dalam pelarut pengembnag (hendaknya
dugunakan pelarut taraf kromatografi atau disuling-ulang) sedalam 0,5 cm.
Tangki atau bilik yang digunakan sebaiknya dilapisi lembaran kertas saring yang
tercelup ke dalam pelarut dalam dasar bilik; iini memastikan penjenuhan bilik
itu dengan uap pelarut. Pengembangan dibairkan berlangsung sampai garis depan
pelarut menjalani jarak yang diinginkan (biasanya 10-15 cm), lempeng itu kembali
diambil dari dalalam bilik dan garis ditandai dengan garis pensil.
Posisi zat-zat terlarut yang telah terpisah dapat dilacak dengan berbagai
metode. Zat-zat berwarna dapat dilihat langsung bila dipandang denganb fase
stasioner sebagai latar belakang. Spesi tak berwarna biasanya dapat dideteksi
dengan menyemprot lempeng itu dengan suatu reagensia yanf tepat menghasilkan
bercark berwarna dalam daerah-daerah spesi-spesi itu berbeda. Beberapa senyawa
akan berpendar dalam cahaya ultraviolet dan dapat ditemukan tempatnya dengan
cara demikian. Cara lain, jika gabahn berpendar di masukkan dalam adsorben,
maka zae terlarut dapat diamati sebagai bercak gelap pada latar belakang
berpendar bila diperiksa di bawah cahaya ultraviolet. (Bila mencari lokasi zona
dengan metode ini mata hendaknya dilindungi dengan mengenakan kacamata atau
pelindung yang khusus). Bercak yang dicari tempatnya dengan metode ini dapat
disketsa dengab menandainya dengan sebuah jarum.
Kromatografi
lapisan tipis dengan menggunakan salid mikroskop. Pemisahan kation dapat
dicapai dengan sangat dimudahkan dengan menggunakan kaca mikroskop yang disalut
selulosa (atau lembar selulosa yang diprasalut yang dipotong-potong sebesar
kaca mikroskop). Bercak sangat kecil (diameter sekitar 1mm) dari larutan contoh
dutaruh pada lempeng itu, misalnya dengan menggunakan sepotong kertas yang
diruncingkan yang dijenuhi dengan larutan itu. Lempeng dibiarkan kering di
udara dan dikembangkan dalam sebuah botol kecil sampai garis depan pelarut
bergerak 2-3 cm. Pemisahan dicapai dalam 5-10 menit dan kation-kation yang
terpisah dapat ditentukan posisinya dengan prosedur yang biasa.
Kromatografi
lapisan tipis anorganik kuantitatif. Analisa kuantitatif penyusun-penyusun yang
telah dipisah pada lempeng lapisan tipis umunya dilakukan dengan pengukuran
rapatan (fotodensitas) dan luas bercak,yakni fotodensitometri lempeng itu.
Prosedur macam
ini meminta pembandingan bercak-bercak yang diperoleh dengan menggunakan
campuran standar yang kuantitas-kuantitasnya diketahui , yang harus di uji
secara kromatografi pada lempeng contoh itu juga.
Suatu prosedur
lain melibatkan komponen-komponen terpisah itu dari lempeng dengan mengorek
bagianadsorben yang berkaitan dengannya. Komponen itu diekstrak (dielusi) dari
dalam adsorben dengan pelarut yang cocok dan ditetapkan dengan menggunakan
teknik fisika yang tepat, misalnya spektrofotometri ultraviolet, nampak atau
fluoresensi.
Sebuah garis menggunakan pensil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes
pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu.Ketika bercak dari
campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup
berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa
batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada.
Menutup gelas kimia untuk meyakinkan bawah kondisi
dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi
ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang
terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah
penguapan pelarut.
A. Perhitungan nilai Rf
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Sebagai
contoh, jika komponen berwarna merah bergerak dari 1.7 cm dari garis awal,
sementara pelarut berjarak 5.0 cm, sehingga nilai Rf untuk komponen
berwarna merah menjadi:
B. Menggunakan
pendarflour
Fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali
memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran
flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV).
Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada
kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika
dilihat dengan mata. Ketika sinar UV diberikan pada lempengan, akan timbul
pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak
sebagai bidang kecil yang gelap.
C. Penunjukkan
bercak secara kimia
Dalam
beberapa kasus, dimungkinkan untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan
jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang
berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran
asam amino.
Kromatogram
dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi
dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau
ungu.
Dalam metode lain, kromatogram
dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas
kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan Kristal iodium.
Uap iodium
dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat
dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang
dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.
2.4.
Kromatografi Kolom
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk
teknik pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada
tahun 1903oleh Tsweet, ia telah menggunakannya untuk pemisahan
senyawa-senyawayang berwarna, dan nama kromatografi diambilkan dari senyawa
yang berwarna. Meskipun demikian pembatasan
untuk senyawa-senyawa yang berwarna tak lama dan hampir
kebanyakan pemisahan-pemisahan secarak romatografi sekarang diperuntukkan pada
senyawa-senyawa yang tak berwarna, termasuk gas.Pada dasarnya semua
cara kromatografi menggunakan dua fasayaitu satu fasa tetap (stationary) dan
yang lain fasa bergerak (mobile), pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan
relatif dari dua fasa ini.Cara-cara kromatografi dapat digolongkan dengan
sifat-sifat dari fasatetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika
fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal kromatografi
serapan (absorptionchromatography); jika fasa tetap berupa zat cair, dikenal
sebagaikromatografi partisi (partition chromatography). Kromatografi
kolomtermasuk ke dalam kromatografi serapan (Sastrohamidjojo, 2002).
Untuk kromatografi kolom dari larutan dibutuhkan tabung pemisahtertentu
yang diisi dengan bahan sorbsi dan juga pelarut pengembang yang berbeda.
Tabung pemisah yang diisi dengan bahan sorbsi disebut kolom pemisah.
Tergantung dari masalah pemisahan dapat digunakan tabungfilter dengan gelas
berpori, yang pada ujung bawah menyempit (tabungAllihn) atau tabung gelas, yang
pada ujung bawah menyempit dandilengkapi dengan keran tetapi untuk tabung bola
jarang digunakan.Perbandingan panjang tabung terhadap diameter pada umumnya
adalah40:1.Pengisian tabung pemisah dengan adsorben, yang juga disebutkemasan
kolom, harus dilakukan secara hati-hati harus rata. Aluminiumoksida atau silika
gel dapat diisikan kering ke dalam tabung pemisah. Agar pengisian
rata, tabung setelah diisi divibrasi, diketok-ketok atau dijatuhkanlemah pada
pelat kayu. Adsorben lainnya harus diisikan sebagai suspensi,terutama jika zat
ini menggelembung dengan pelarut pengembang.
Yang umum dilakukan adalah adsorben
dibuat seperti bubur dengan pelarutelusi, kemudian dimasukan ke dalam tabung
pemisah.Sebagai bahan sorbsi digunakan bahan yang sama dengan kromatografi
lapis tipis yaitu silika gel, aluminium oksida, poliamida,selulosa, selanjutnya
juga arang aktif dan gula tepung. Tergantung dari cara pengembangan dapat
dibedakan kromatografi elusi, kromatografigaris depan, dan kromatografi
pendesakan.Yang paling sering digunakan adalah kromatografi elusi. Untuk
itularutan pekat senyawa yang diperiksa dimasukkan ke dalam kolom,kemudian
pelarut elusi ditambahkan dan sedapat mungkin dibiarkanmengalir pada suhu dan
kecepatan aliran yang konstan, sampai tercapai pemisahan. Campuran senyawa
akan terpisah menjadi zona-zona. Zona adalah bagian kolom pemisahan yang
mengandung senyawa yang ditentukan.
2.5. Prinsip Kerja Kromatografi Kolom
Prinsip yang mendasari kromatografi kolom adsorpsi
ialah bahwa komponen–komponen
dalam zat contoh yang harus diperiksa mempunyai afinitas yang berbeda-beda
terhadap adsorben dalam kolom. Apabila kita mengalirkan cairan ( elutor )
secara kontinyu melalui kolom yang berisi zat contoh yang telah diadsorpsikan
oleh penyarat kolom, maka yang pertama– tama yang diserapkan elutor ialah komponen
yang paling lemah terikat kepada adsorben. Komponen–komponen lainnya akan
diserapkan menurut urutan afinitasnya terhadap adsorben, sehingga terjadi
pemisahan dari pada komponen-komponen tersebut.
2.6. Cara Menggunakan Kromatografi Lapis Kolom
ü Pemasukan absorben kedlm kolom.
ü Kepadatan diseragamkan dengan
vibrator/plunger/ dalam bentuk larutan (slurry) & partikelnya
dibiarkan mngendap.
ü Fungsi glass wool di atas & dasar
kolom sebagai
penyangga isian.
ü Kecepatan elusi dibuat konstan 1 cm/mnt
ü Untuk memisahkan campuran dari
dua senyawa dengan membuat larutan jenuh dari campuran menggunakan pelarut yang lebih
disukai dalam kolom.
ü Membuka kran penutup untuk
membiarkan pelarut yang sudah berada dalam kolom mengering sehingga material
terpadatkan rata pada bagian atas .
ü Menambahkan larutan secara
hati-hati dari bagian atas kolom. Kemudian kran dibuka kembali sehingga senyawa campuran
akan diserap pada bagian atas material terpadatkan, sehingga akan tampak
seperti gambar berikut ini:
ü Selanjutnya ditambahkan pelarut baru melalui bagian atas kolom & cegah sedapat mungkin jangan
sampai merusak material terpadatkan dalam kolom.
ü Kemudian kran dibuka, supaya pelarut dapat mengalir
melalui kolom
ü Pelarut dikumpulkan
dalam satu gelas kimia atau labu dibawah kolom.
ü Pelarut mengalir kontinyu, shg tetap
ditambahkan pelarut baru dari bagian atas kolom sehingga kolom tidak pernah
kering.
2.7.
Kalibrasi Dengan Standar
Pada
prinsipnya dengan teknik ini akan dibuat kurva kalibrasi, yang merupoakan plot
antara tinggi atau luas area kromatogram zat standar terhadap konsentrasinya.
Analisis sampel didasarkan atas kurva kalibrasi ini, yaitu dengan memplot data
tinggi atau luas daerah sampel ke dalam kurva kalibrasi tersebut. Sumber
kesalahan utama dengan teknik ini adalah adanya ketidakpastian dalam volume
sampel yang diperlukan. Hal ini dikarenakan volume sampel yang digunakan begitu
kecil ( ̴ 1 µL ), sehingga kesalahan
sedikit saja, akan memnghasilkan ketidakpastian yang cukup tinggi.
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Pengertian
kromatografi menyangkut metode pemisahan suatu zat yang didasarkan atas
distribusi diferensial sampel di antara dua fasa. Menurut pengertian ini dalam
proses kromatografi selalu melibatkan dua fasa, yaitu fasa diam dan fasa gerak.
Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang terikat pada suatu padatan
pendukung, sedangkan fasa geraknya berupa cairan atau gas pembawa yang inert.
Adapun jenis-jenis kromatografi ,
yaitu :
1. Kromatografi
Kertas
2. Kromatografi
Kolom
3. Kromatografi
Lapis Tipis
4. Kromatografi
Gas
ü Kromatografi
Lapis Tipis
Kromatografi
lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan banyak digunakan.
Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi
penyerap untuk lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa
dan polianida. Untuk menotolkan larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada
dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari
lempeng dicelup dalam larutan pengulsi di dalam wadah yang tertutup.
ü Kromatografi
Kolom
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk
teknik pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada
tahun 1903oleh Tsweet, ia telah menggunakannya untuk pemisahan
senyawa-senyawayang berwarna, dan nama kromatografi diambilkan dari senyawa
yang berwarna. Meskipun demikian pembatasan
untuk senyawa-senyawa yang berwarna tak lama dan hampir
kebanyakan pemisahan-pemisahan secarak romatografi sekarang diperuntukkan pada
senyawa-senyawa yang tak berwarna, termasuk gas.Pada dasarnya semua
cara kromatografi menggunakan dua fasayaitu satu fasa tetap (stationary) dan
yang lain fasa bergerak (mobile), pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan
relatif dari dua fasa ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hadyana,A.Ir.Setiono.1994.Buku
Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganikl.Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar