Kamis, 16 Agustus 2012

Kromatografi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswest (1906) seorang butani ahli botani dari Rusia. Dalam percobaannya ia berhasil memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen wana lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat yang diisikan ke dalam kolom kaca dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses pemisahan itu diawali dengan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium karbonat, kemudian dialirkan pelarut petroleum eter hasilnya berupa pta-pita berwarna yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan. Dari pita-pita berwarna tersebut muncullah istilah kromatografi yang berasal dari kata “chroma” dan “graphein”. Dalam bahasa Yunani kedua kata tersebut berarti “warna” dan “menulis”. Dalam perkembangan selanjutnya timbulnya warna bukan lagi prasyarat mutlak untuk metode pemisahan secara kromatografi.
Pengertian kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan atas distribusi diferensial komponen sampel diantara dua fasa. Menurut pengertian ini kromatografi selalu melibatkan dua fasa, yaitu  fasa diam (stationary phase) dan fasa gerak (mobil phase). Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang terikat pada permukaan padatan (kertas atau suatu adsorben), sedangkan fase gerak dapat berupa cairan disebut eluen atau pelarut, atau gas pembawa yang inert. Gerakan fase gerak ini mengakibatkan terjadinya migrasi diferensial komponen-komponen dalam sampel.
Dalam proses kromatografi selalu terdapat salah satu kecendrungan sebagai berikut;
a.       Kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melarut dalam air.
b.      Kecenderungan molekul-molekul dalam air untuk melekat pada permukaan padatan halus (adsorpsi = penyerapan).
c.       Kecenderungan molekul-molekul komponen untuk bereaksi secara kimia (penukar ion).
d.      Kecenderungan molekul-molekul tereksklusi pada pori-pori fasa diam.
Komponen yang dipisahkan harus larut dalam fasa gerak dan harus mempnyai kemampuan untuk berinteraksi dengan fasa diam dengan cara melarut di dalamnya, teradsorpsi, atau bereaksi secara kimia (penukar ion). Pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun suatu sampel. Hasil pemisahan dapat digunakan untuk keperluan identifikasi (analisa kualitatif), penetapan kadar (analisis kuantitatif), dan pemurnian suatu senyawa (pekerjaan preparatif).
Dalam beberapa hal metode pemisahan kromatografi mempunyai kemiringan dengan metode pemisahan ekstraksi arah berlawanan dari Craig. Kedua metode tersebut sama-sama menggunakan dua fasa, dimana fasa satu bergerak terhadap fasa lainnya. Kesetimbangan zat terlarut selalu terjadi diantara kedua fasa. Pada metode Craig salah satu fasa bergerak terhadap fasa lainnya secara bertahap, sedangkan pada kromatografi bergerak secara terus-menerus. Peralatan metode pemisahan Craig lebih rumit daripada peralatan kromatografi.
Keuntungan pemisahan dengan metode kromatografi dibandingkan dengan metode pemisahan lainnya ialah:
a.       Dapat digunakan untuk sampel atau konstituen yang sangat kecil (semimikro dan mikro).
b.      Cukup selektif terutama untuk senyawa-senyawa organik multi komponen.
c.       Proses pemisahan dapat dilakukan dalam waktu yang relaktif singkat.
d.      Seringkali murah dan sederhana, karena umumnya tidak memerlukan alat yang mahal dan rumit.
Metode pemisahan secara kromatografi terus berkembang dengan peralatan yang lebih modern, dengan hasil pemisahan yang lebih selektif, akurat dan dapat digunakan untuk sampel dengan jumlah yang sangat kecil. Contohnya adalah alat kromatografi gas dan HPLC (High Performance Liquid Chromatography = Kromatografi Cair Kinerja Tinggi).

1.2.  Rumusan Masalah
·         Apakah yang dimaksud dengan Kromatigrafi Lapis Tipis?
·         Bagaimana prinsip kerja dari Kromatografi Lapis Tipis?
·         Bagaimana cara menggunakan Kromatografi Lapis Tipis?
·         Apakah yang dimaksud dengan Kromatigrafi Kolom?
·         Bagaimana prinsip kerja dari Kromatografi Kolom?
·         Bagaimana cara menggunakan Kromatografi Kolom?

1.3.  Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
·         Untuk mengetahui prinsip kerja dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom.
·         Untuk mengetahui cara menggunakan kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom.



BAB II
ISI

2.1.  Pengertian Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan banyak digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Untuk menotolkan larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengulsi di dalam wadah yang tertutup.
Pada dasarnya kromatografi lapis tipis (KLT atau TLC = Thin Layer Chroma-tography) sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pada cara melakukannya. Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahnya, yakni digunakannya lapisan tipis adsorben halus yang tersangga pada papan kaca, aluminium atau plastik sebagai pengganti kertas. Lapisan tipis adsorben ini pada proses pemisahan berlaku sebagai fasa diam.
A.  Fasa Diam KLT
Fasa diam KLT terbuat dari serbuk halus dengan ukuran 5-50 µm. Serbuk halus ini dapat berupa adsorben, suatu penukar ion, suatu pengayak molekul atau dapat merupakan penyangga yang dilapisi suatu cairan. Untuk membuat lapisan tipis perlu dibuat bubur (slurry) berair dari serbuk halus tadi. Zat pengikat seperti gips, barium sulfat, polifinil alkohol atau kanji perlu ditambahkan untuk membantu pelekatan lapisan tipis tadi pada papan penyangga. Bubur halus ini kemudian ditebarkan pada papan penyangga (kaca, plastik atau aluminium) secara merata, sehingga diperoleh tebal lapisan 0,1-0,3 mm. Lapisan tipis adsorben ini diaktifkan dengan cara pengeringan di dalam oven pada suhu 110ºC selama berapa jam.
Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel, alumina dan serbuk selulosa. Partikel silika gel mengandung gugus hidroksil di permukaannya yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul-molekul polar. Air yang terserap dalam gel mencegah molekul-molekul polar dari pencapaian permukaan. Untuk mengatasinya gel diaktifkan dengan pemanasan ssehingga air yang terserap dapat dikeluarkan. Alumina juga mengandung gugus hidroksil atau atom-atom oksigen. Alumina lebih disukai untuk memisahkan senyawa-senyawa polar lemah, sedangkan silika gel lebih disukai untuk memisahkan molekul-molekul seperti asam-asam amino dan gula. Magnesium silikat, kalsium silikat, dan arang aktif mungkun juga dapat digunakan sebagai adsorben. Adsorben kadang-kadang tidak perlu diaktifkan dengan cara pemanasan, dalam kejadian dimana air yang terserap berlaku sebagai fasa diam.
Fasa diam film lapisan tipis cairan dapat dibuat untuk pemisahan dengan kromatografi pastisi cair-cair. Film umumnya air yang tersangga pada bahan-bahan seperti silika gel atau tanah diatone. Resin penukar ion tersedia dalam bentuk partikel-partikel dengan ukuran 40-80 µm, cocok untuk pembuatan plat lapisan tipis. Sebagai contoh berturut-turut dapat disebut resin penukar ion asam kuat Dowex 50 Wdan resin penukar anion basa kuat Dowex1. Biasanya dalam bentuk natrium, hidrogen atau kloridanya. Bubur berair dengan komposisi 6 bagian resin dan 1 bagian serbuk selulosa cocok untuk penebaran ke dalam lapisan setebal 0,2-0,3 mm.
Lapisan tipis eksklusi molekul dapat dibuat dari sephadex superfine. Gel dicelupkan ke dalam air selama kira-kira tiga hari untuk mendapatkan pengembangan sempurna dan kemudiandibeberkan pada plat atau papan penyangga. Papan penyangga tidak dkeringkan tetapi tersimpan dalam keadaan basah. Efek kerja kapiler pangayak molekul lebih lambat daripada kebanyakan lapisan tipis lainnya. Lamanya, khas hanya 1 sampai 2 cm per jam, dan pengembangannya memakan waktu 8-10 jam, dibandingkan dengan fasa diam lainnya yang kira-kira 30 menit.
B.  Fasa Mobil KLT
Perimbangan untuk pemilihan pelarut pengembang (eluen) umumnya sama dengan pemilihan eluen untuk kromatografi kolom. Dalam kromatografi adsorpsi, daya pengelusi eluen naik sejalan dengan polaritasnya (misal dari heksana → aseton → alkohol → air). Eluen pengembang dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut dengan susunan tertentu. Pelarut-pelarut pengembang harus mempunyai kemurnian yang tinggi. Terdapatnya sejumlah kecil air atau zat pengotor lainnya dapat menghasilkan kromatogram yang tidak diharapkan.
C.  Pengembangan Kromatogram
Teknik pengembangan dalam KTL sama dengan kromatografi kertas. Proses pengembangan umumnya lebih cepat, memerlukan waktu 10 menit hingga 1 jam lebih. Pengembangan 5 menit dapat dilakukan secara sempurna dengan menggunakan kaca objek mikroskop sebagai papan KLT. Pemisahan pendahuluan dengan cara ini enak digunakan untuk menentukan kondisi optimum pengembangan cara ini untuk mengurangi terjadinya ekoran dengan hasil pemisahan yang lebih tajam. Penggunaannya terutama untuk ukuran sampel dengan rentangan 10-100 µg. Noda atau bercak sampel akan mempunyai diameter 2-5 mm, jika digunakan larutan sampel 1-10 µL dengan kadar 1%.

D.  Deteksi Noda
Deteksi noda KLT terkadang lebih mudah dibandingkan dengan kromatografi kertas karena dapat digunakan teknik-teknik umum yang lebih banyak. Kerap kali, noda tidak berwarna atau tidak berpendar jika dikenai sinar ultraviolet dapat ditampakkan dengan cara mendedahkan papan pengembang pada uap iod. Uap iod akan berinteraksi dengan komponen-komponen sampel baik secara kimia atau berdasarkan kelarutan membentuk warna-warna tertentu. Pada saat ini tersedia di pasaran berbagai lapisan tipis yang sudah terpasang pada papan penyangga sehingga siap pakai. Untuk memudahkan pendeteksi noda tersedia lapisan adsorben KLT yang dimasuki zat warna pendarfluor. Jika diperlakukan dengan sinar ultraviolet akan nampak noda-noda gelap, dimana sampel noda mengalami perpendaran pada papan penyangga terfluorisensi.
Suatu teknik pendeteksian yang biasa dilakukan untuk senyawa-senyawa organik adalah dengan penyemperotan larutan H2SO4. Langkah ini kemudiandiikuti dengan pemanasan untuk mengarangkan dan mengembangkan noda-noda hitam. Untuk keperluan analisa kuantitatif noda dapat dikerok, kemudian diekstrak dengan pelarut polar tertentu. Kadar analit yang diinginkan diperiksa secara instrumental dari larutan hasil ekstraksi.
2.2.  Prinsip Kerja Kromatografi Lapis Tipis
1.      KLT menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.
2.      Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam.
3.      Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
4.      Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna.

2.3.   Cara Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
Pada cara penggunaan KLT hampir sama dengan penggunaan Kromatografi kertas, hanya saja pada KLT fase diamnya menggunakan plat gelas/ logam/ Aluminium foil sedangkan pada kromatografi kertas menggunakan kertas saring.
Aplikasi contoh. Larutan yang akan diaplikasikan hendaknya berisi antara 0,1 dan 10 mg kation per cm3 dan dapat bersifat netral dan asam encer, sekitar 1 µL larutan ditotolkan dengan sebuah spuitmikro (micro syringe) atau mikropipet di dekat salah satu ujung lempeng kromatografi (chromatplate) (sekitar 1,5-2,0 cm dari pinggir lempeng) dan kemudian dibiarkan kering di udara. Penyetimbangan lempeng kromatografi itu tidakperlu dan pengembangan lempeng itu dapat segera dimulai setelah dikeringkan.
Pengembangan lempeng. Biasanya kromatografi itu dikembangkan dengan teknik menaik dalam mana lempengdicelupkan ke dalam pelarut pengembnag (hendaknya dugunakan pelarut taraf kromatografi atau disuling-ulang) sedalam 0,5 cm. Tangki atau bilik yang digunakan sebaiknya dilapisi lembaran kertas saring yang tercelup ke dalam pelarut dalam dasar bilik; iini memastikan penjenuhan bilik itu dengan uap pelarut. Pengembangan dibairkan berlangsung sampai garis depan pelarut menjalani jarak yang diinginkan (biasanya 10-15 cm), lempeng itu kembali diambil dari dalalam bilik dan garis ditandai dengan garis pensil.
Posisi zat-zat terlarut yang  telah terpisah dapat dilacak dengan berbagai metode. Zat-zat berwarna dapat dilihat langsung bila dipandang denganb fase stasioner sebagai latar belakang. Spesi tak berwarna biasanya dapat dideteksi dengan menyemprot lempeng itu dengan suatu reagensia yanf tepat menghasilkan bercark berwarna dalam daerah-daerah spesi-spesi itu berbeda. Beberapa senyawa akan berpendar dalam cahaya ultraviolet dan dapat ditemukan tempatnya dengan cara demikian. Cara lain, jika gabahn berpendar di masukkan dalam adsorben, maka zae terlarut dapat diamati sebagai bercak gelap pada latar belakang berpendar bila diperiksa di bawah cahaya ultraviolet. (Bila mencari lokasi zona dengan metode ini mata hendaknya dilindungi dengan mengenakan kacamata atau pelindung yang khusus). Bercak yang dicari tempatnya dengan metode ini dapat disketsa dengab menandainya dengan sebuah jarum.
Kromatografi lapisan tipis dengan menggunakan salid mikroskop. Pemisahan kation dapat dicapai dengan sangat dimudahkan dengan menggunakan kaca mikroskop yang disalut selulosa (atau lembar selulosa yang diprasalut yang dipotong-potong sebesar kaca mikroskop). Bercak sangat kecil (diameter sekitar 1mm) dari larutan contoh dutaruh pada lempeng itu, misalnya dengan menggunakan sepotong kertas yang diruncingkan yang dijenuhi dengan larutan itu. Lempeng dibiarkan kering di udara dan dikembangkan dalam sebuah botol kecil sampai garis depan pelarut bergerak 2-3 cm. Pemisahan dicapai dalam 5-10 menit dan kation-kation yang terpisah dapat ditentukan posisinya dengan prosedur yang biasa.
Kromatografi lapisan tipis anorganik kuantitatif. Analisa kuantitatif penyusun-penyusun yang telah dipisah pada lempeng lapisan tipis umunya dilakukan dengan pengukuran rapatan (fotodensitas) dan luas bercak,yakni fotodensitometri lempeng itu.
Prosedur macam ini meminta pembandingan bercak-bercak yang diperoleh dengan menggunakan campuran standar yang kuantitas-kuantitasnya diketahui , yang harus di uji secara kromatografi pada lempeng contoh itu juga.
Suatu prosedur lain melibatkan komponen-komponen terpisah itu dari lempeng dengan mengorek bagianadsorben yang berkaitan dengannya. Komponen itu diekstrak (dielusi) dari dalam adsorben dengan pelarut yang cocok dan ditetapkan dengan menggunakan teknik fisika yang tepat, misalnya spektrofotometri ultraviolet, nampak atau fluoresensi.
         

Sebuah garis menggunakan pensil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu.Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada.
Menutup gelas kimia untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.
A.  Perhitungan            nilai     Rf
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Sebagai contoh, jika komponen berwarna merah bergerak dari 1.7 cm dari garis awal, sementara pelarut berjarak 5.0 cm, sehingga nilai Rf untuk komponen berwarna merah menjadi:

B.     Menggunakan pendarflour
Fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV).
Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Ketika sinar UV diberikan pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.
C.     Penunjukkan bercak secara kimia
Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan      dari      campuran         asam    amino.
Kromatogram dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu.
Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan Kristal           iodium.
Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.

2.4.  Kromatografi Kolom
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik  pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun 1903oleh Tsweet, ia telah menggunakannya untuk pemisahan senyawa-senyawayang berwarna, dan nama kromatografi diambilkan dari senyawa yang berwarna. Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna tak lama dan hampir kebanyakan pemisahan-pemisahan secarak romatografi sekarang diperuntukkan pada senyawa-senyawa yang tak  berwarna, termasuk gas.Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasayaitu satu fasa tetap (stationary) dan yang lain fasa bergerak (mobile), pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa ini.Cara-cara kromatografi dapat digolongkan dengan sifat-sifat dari fasatetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal kromatografi serapan (absorptionchromatography); jika fasa tetap berupa zat cair, dikenal sebagaikromatografi partisi (partition chromatography). Kromatografi kolomtermasuk ke dalam kromatografi serapan (Sastrohamidjojo, 2002).
Untuk kromatografi kolom dari larutan dibutuhkan tabung pemisahtertentu yang diisi dengan bahan sorbsi dan juga pelarut pengembang yang berbeda. Tabung pemisah yang diisi dengan bahan sorbsi disebut kolom pemisah. Tergantung dari masalah pemisahan dapat digunakan tabungfilter dengan gelas berpori, yang pada ujung bawah menyempit (tabungAllihn) atau tabung gelas, yang pada ujung bawah menyempit dandilengkapi dengan keran tetapi untuk tabung bola jarang digunakan.Perbandingan panjang tabung terhadap diameter pada umumnya adalah40:1.Pengisian tabung pemisah dengan adsorben, yang juga disebutkemasan kolom, harus dilakukan secara hati-hati harus rata. Aluminiumoksida atau silika gel dapat diisikan kering ke dalam tabung pemisah. Agar  pengisian rata, tabung setelah diisi divibrasi, diketok-ketok atau dijatuhkanlemah pada pelat kayu. Adsorben lainnya harus diisikan sebagai suspensi,terutama jika zat ini menggelembung dengan pelarut pengembang.
Yang umum dilakukan adalah adsorben dibuat seperti bubur dengan pelarutelusi, kemudian dimasukan ke dalam tabung pemisah.Sebagai bahan sorbsi digunakan bahan yang sama dengan kromatografi lapis tipis yaitu silika gel, aluminium oksida, poliamida,selulosa, selanjutnya juga arang aktif dan gula tepung. Tergantung dari cara pengembangan dapat dibedakan kromatografi elusi, kromatografigaris depan, dan kromatografi pendesakan.Yang paling sering digunakan adalah kromatografi elusi. Untuk itularutan pekat senyawa yang diperiksa dimasukkan ke dalam kolom,kemudian pelarut elusi ditambahkan dan sedapat mungkin dibiarkanmengalir pada suhu dan kecepatan aliran yang konstan, sampai tercapai pemisahan. Campuran senyawa akan terpisah menjadi zona-zona. Zona adalah bagian kolom pemisahan yang mengandung senyawa yang ditentukan.
2.5.  Prinsip Kerja Kromatografi Kolom
Prinsip yang mendasari kromatografi kolom adsorpsi ialah bahwa komponen–komponen dalam zat contoh yang harus diperiksa mempunyai afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben dalam kolom. Apabila kita mengalirkan cairan ( elutor ) secara kontinyu melalui kolom yang berisi zat contoh yang telah diadsorpsikan oleh penyarat kolom, maka yang pertama– tama yang diserapkan elutor ialah komponen yang paling lemah terikat kepada adsorben. Komponen–komponen lainnya akan diserapkan menurut urutan afinitasnya terhadap adsorben, sehingga terjadi pemisahan       dari      pada    komponen-komponen tersebut.

2.6.  Cara Menggunakan Kromatografi Lapis Kolom
ü Pemasukan absorben kedlm kolom.
ü Kepadatan diseragamkan dengan vibrator/plunger/ dalam bentuk larutan (slurry) & partikelnya dibiarkan mngendap.
ü Fungsi glass wool di atas & dasar kolom sebagai penyangga isian.
ü Kecepatan elusi dibuat konstan 1 cm/mnt
ü Untuk memisahkan campuran dari dua senyawa dengan membuat larutan jenuh dari campuran menggunakan pelarut yang lebih disukai dalam kolom.
ü Membuka kran penutup untuk membiarkan pelarut yang sudah berada dalam kolom mengering sehingga material terpadatkan rata pada bagian atas .
ü Menambahkan larutan secara hati-hati dari bagian atas kolom. Kemudian kran dibuka kembali sehingga senyawa campuran akan diserap pada bagian atas material terpadatkan, sehingga akan tampak seperti gambar berikut ini:
column2
ü Selanjutnya ditambahkan pelarut baru melalui bagian atas kolom & cegah sedapat mungkin jangan sampai merusak material terpadatkan dalam kolom.
ü Kemudian kran dibuka, supaya pelarut dapat mengalir melalui kolom
ü Pelarut dikumpulkan dalam satu gelas kimia atau labu dibawah kolom.
ü Pelarut mengalir kontinyu, shg tetap ditambahkan pelarut baru dari bagian atas kolom sehingga kolom tidak pernah kering.

column3
2.7.  Kalibrasi Dengan Standar
Pada prinsipnya dengan teknik ini akan dibuat kurva kalibrasi, yang merupoakan plot antara tinggi atau luas area kromatogram zat standar terhadap konsentrasinya. Analisis sampel didasarkan atas kurva kalibrasi ini, yaitu dengan memplot data tinggi atau luas daerah sampel ke dalam kurva kalibrasi tersebut. Sumber kesalahan utama dengan teknik ini adalah adanya ketidakpastian dalam volume sampel yang diperlukan. Hal ini dikarenakan volume sampel yang digunakan begitu kecil (  ̴ 1 µL ), sehingga kesalahan sedikit saja, akan memnghasilkan ketidakpastian yang cukup tinggi.















 BAB III
PENUTUP
1.1.  Kesimpulan
Pengertian kromatografi menyangkut metode pemisahan suatu zat yang didasarkan atas distribusi diferensial sampel di antara dua fasa. Menurut pengertian ini dalam proses kromatografi selalu melibatkan dua fasa, yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang terikat pada suatu padatan pendukung, sedangkan fasa geraknya berupa cairan atau gas pembawa yang inert.
Adapun jenis-jenis kromatografi , yaitu :
1.    Kromatografi Kertas
2.    Kromatografi Kolom
3.    Kromatografi Lapis Tipis
4.    Kromatografi Gas

ü Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan banyak digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Untuk menotolkan larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengulsi di dalam wadah yang tertutup.
ü Kromatografi Kolom
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik  pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun 1903oleh Tsweet, ia telah menggunakannya untuk pemisahan senyawa-senyawayang berwarna, dan nama kromatografi diambilkan dari senyawa yang berwarna. Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna tak lama dan hampir kebanyakan pemisahan-pemisahan secarak romatografi sekarang diperuntukkan pada senyawa-senyawa yang tak  berwarna, termasuk gas.Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasayaitu satu fasa tetap (stationary) dan yang lain fasa bergerak (mobile), pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa ini.



















DAFTAR PUSTAKA
Hadyana,A.Ir.Setiono.1994.Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif  Anorganikl.Jakarta:EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar